Perpecahan Politik: Ancaman bagi Demokrasi

Perpecahan Politik: Ancaman bagi Demokrasi

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang memberi ruang bagi perbedaan pendapat, kebebasan berekspresi, dan kompetisi politik yang sehat. Namun, ketika perbedaan politik berubah menjadi perpecahan yang tajam, demokrasi justru dapat terancam. Perpecahan politik yang tidak dikelola dengan baik dapat menciptakan polarisasi sosial, melemahkan institusi negara, dan menurunkan kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi itu sendiri.

Politik yang Terpecah: Gejala dan Dampaknya

Perpecahan politik terjadi ketika masyarakat terbagi dalam kelompok-kelompok ekstrem yang saling menolak legitimasi satu sama lain. Di Indonesia, fenomena ini terlihat jelas dalam beberapa peristiwa politik besar seperti Pemilu Presiden 2014 dan 2019. Polarisasi antara kubu pendukung yang ekstrem tidak hanya terjadi di dunia maya, tetapi juga merembes ke dalam kehidupan sehari-hari keluarga, tempat kerja, hingga komunitas sosial.

Dampaknya tidak bisa dianggap remeh. Polarisasi politik yang tajam bisa:

Mengurangi Toleransi dan Empati
Orang cenderung melihat lawan politiknya sebagai musuh, bukan sebagai sesama warga negara dengan pandangan berbeda. Hal ini menciptakan kebencian, prasangka, dan kekerasan verbal maupun fisik.

Melemahkan Rasionalitas Politik
Alih-alih mendiskusikan kebijakan atau ide, perdebatan politik berubah menjadi pertarungan identitas dan emosional. Diskursus publik menjadi dangkal dan penuh disinformasi.

Menurunkan Kepercayaan terhadap Institusi
Ketika semua keputusan politik dinilai berdasarkan afiliasi, bukan substansi, maka kepercayaan terhadap lembaga-lembaga demokrasi seperti KPU, DPR, atau Mahkamah Konstitusi bisa tergerus.

Akar Permasalahan

Perpecahan politik sering kali diperparah oleh faktor-faktor berikut:

Media Sosial dan Algoritma
Media sosial cenderung memperkuat opini yang seragam dalam satu kelompok (echo chamber), membuat pengguna semakin tertutup terhadap pandangan berbeda.

Politik Identitas
Penggunaan isu-isu sensitif seperti agama, ras, dan etnis dalam kampanye politik dapat memperdalam sekat antarwarga.

Kurangnya Pendidikan Politik
Rendahnya literasi politik membuat masyarakat mudah terprovokasi oleh hoaks dan propaganda.

Menjaga Demokrasi dari Perpecahan

Agar demokrasi tetap sehat, perbedaan politik perlu dikelola secara dewasa dan konstruktif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

Meningkatkan Literasi Politik dan Media
Masyarakat perlu diberdayakan untuk memahami isu politik secara kritis, bukan emosional. Pendidikan kewarganegaraan yang kuat bisa menjadi pondasi utama.

Mendorong Dialog Antar-Kelompok
Perbedaan tidak harus berarti permusuhan. Dialog lintas kelompok politik dan sosial bisa membangun saling pengertian dan toleransi.

Peran Elit Politik yang Bertanggung Jawab
Tokoh politik dan publik harus menunjukkan sikap negarawan: menghindari provokasi, menghormati lawan politik, dan mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan.

Kesimpulan

Perpecahan politik adalah tantangan serius bagi kelangsungan demokrasi. Bila dibiarkan, ia bisa merusak kohesi sosial dan meruntuhkan kepercayaan terhadap sistem politik. Oleh karena itu, semua elemen bangsa pemerintah, masyarakat sipil, media, dan elite politik perlu bekerja sama untuk menjaga persatuan di tengah perbedaan, demi demokrasi Indonesia yang sehat dan berkelanjutan. 

01 January 1970 | Informasi

Related Post

Copyright 2025 - Board Room Work